Tips Menjadi Guru Ngaji Berkelas
Berikut tips yang bisa saya bagi agar kita sama-sama menjelma menjadi guru mengaji yang berkelas.
1. Sebelum mengajar, pastikan kita sebagai guru sudah fasih terlebih dahulu. Tak harus fasih keseluruhan, bertahap juga tak masalah. Misal, hari ini kita akan mengajarkan huruf د (dal) sampai ش (syin), maka pastikan kita menyebut huruf-huruf ini sudah benar. Bila belum ngena, carilah orang yang bisa membantu meluruskan penyebutan makhrajnya, baru diajarkan ke anak.
2. Jadilah guru ngaji yang rewel, yang apabila pelafalan anak salah, maka pengucapannya diulang sampai benar.
3. Bersikap ‘tega’lah pada anak. Jangan naikkan bacaannya pada baris atau halaman berikutnya sebelum bacaannya beres. Tak masalah sampai seminggu bacaan disitu-situ saja.
4. Komunikasikan dengan orang tuanya apapun perkembangan anaknya. Jangan lupa minta bantuan orang tuanya di rumah jika anaknya sedikit lebih lamban dalam belajar. Jika tidak bertemu, selipkan saja memo cinta untuk ortu nya si anak. Insya allah si ortu akan paham kok.
5. Jika kita menjadi guru mengaji perdana bagi si anak, kenalkanlah terlebih dahulu huruf hijaiyah mentah. Alif ba ta tsa jim dan seterusnya. Sebab penomena yang memprihatinkan sekarang adalah banyaknya anak-anak yang tidak mengenal huruf alif, yang mereka tau hanya A. Padahal Alif akan dibaca A jika sudah berharkat fathah. Demikian juga jim dal dzal, mereka hanya bisa menyebutnya ja da dza. Ini sungguh kekeliruan yang sepele tapi fatal. Jika pun bukan menjadi guru perdananya, tetap kenalkan hijaiyah mentah. Don’t miss it!
6. Ajarkan pula tajwid yang benar. Dan bila mampu serta tiba saatnya, ajarkan anak 7 lagu al-qur’an atau yang lebih dikenal dengan tilawah mujawwad. Atau sekurang-kurangnya ajarkan bacaan tartil yang lembut.
7. Jangan pernah sekali pun mematok tarif belajar mengaji. Sebab sejatinya mengajarkan Al-qur’an adalah tanggung jawab setiap muslim. Terima saja seberapa pun di kasih. Kalau tidak dikasih pun jangan ditagih. Cukuplah Allah sebaik-baik pemberi balasan. Yakinlah, orang tua yang pandai menghargai ilmu akan memberikan tarif yang pantas kok untuk guru mengaji anaknya. Apalagi jika beliau sadar bahwa ilmu Al-qur’an itu dibawa mati, maka ia akan memberi bayaran yang sesuai kok. Memang sih yang sadar itu hanya segelintir. Banyak para orang tua yang lebih rela membayar les English and Math anaknya berjuta-juta ketimbang membayar guru ngaji meski hanya sekedar 50 ribu saja. Tapi ya biarkan saja. Tetaplah mengajarkan Alqur’an dengan baik dan benar meski pun dengan dan atau tanpa gaji.
8. Pasang target jumlah anak didik persemester atau pertahun. Tak perlu menerima anak didik banyak-banyak jika tak terajar dengan baik. Yang ada hanya menambah ribut dan mengurangi keefektifan belajar anak-anak yang lain. Cukup mengajar dengan kapasitas yang kita mampu saja. Ingatkan mekanisme penerimaan siswa tallaqi Syeikh Utsman dalam novel Ayat-Ayat Cinta? Itu inspiratif sekali lho.
9. Ikhlas dan bersabarlah. Banyak anak banyak macamnya. Maka mengajarlah dengan hati yang tulus. Insya Allah, Allah akan memberi balasan terbaik.
Demikian tips yang bisa saya bagi. Sungguh sharing tips ini bukanlah bermaksud menggurui. Hanya ingin berbagi agar kita melangkah maju bersama. Jika ada ilmu lain dari pembaca, saya dengan hati yang berbinar siap menyerapnya.
Oh ya, tips ini memang dikhususkan bagi para guru mengaji baik di TPQ, di mesjid-mesjid atau pun yang buka pengajian di rumah. Tapi dalam konteks luas, tips ini juga berlaku untuk semua pihak, terlebih para orang tua. Kata Nabi madrasah pertama dan utama itu ibu alias orang tua kan ya? Maka saya berharap tulisan ini memberi manfaat bagi semua muslim dengan segala profesi
1. Sebelum mengajar, pastikan kita sebagai guru sudah fasih terlebih dahulu. Tak harus fasih keseluruhan, bertahap juga tak masalah. Misal, hari ini kita akan mengajarkan huruf د (dal) sampai ش (syin), maka pastikan kita menyebut huruf-huruf ini sudah benar. Bila belum ngena, carilah orang yang bisa membantu meluruskan penyebutan makhrajnya, baru diajarkan ke anak.
2. Jadilah guru ngaji yang rewel, yang apabila pelafalan anak salah, maka pengucapannya diulang sampai benar.
3. Bersikap ‘tega’lah pada anak. Jangan naikkan bacaannya pada baris atau halaman berikutnya sebelum bacaannya beres. Tak masalah sampai seminggu bacaan disitu-situ saja.
4. Komunikasikan dengan orang tuanya apapun perkembangan anaknya. Jangan lupa minta bantuan orang tuanya di rumah jika anaknya sedikit lebih lamban dalam belajar. Jika tidak bertemu, selipkan saja memo cinta untuk ortu nya si anak. Insya allah si ortu akan paham kok.
5. Jika kita menjadi guru mengaji perdana bagi si anak, kenalkanlah terlebih dahulu huruf hijaiyah mentah. Alif ba ta tsa jim dan seterusnya. Sebab penomena yang memprihatinkan sekarang adalah banyaknya anak-anak yang tidak mengenal huruf alif, yang mereka tau hanya A. Padahal Alif akan dibaca A jika sudah berharkat fathah. Demikian juga jim dal dzal, mereka hanya bisa menyebutnya ja da dza. Ini sungguh kekeliruan yang sepele tapi fatal. Jika pun bukan menjadi guru perdananya, tetap kenalkan hijaiyah mentah. Don’t miss it!
6. Ajarkan pula tajwid yang benar. Dan bila mampu serta tiba saatnya, ajarkan anak 7 lagu al-qur’an atau yang lebih dikenal dengan tilawah mujawwad. Atau sekurang-kurangnya ajarkan bacaan tartil yang lembut.
7. Jangan pernah sekali pun mematok tarif belajar mengaji. Sebab sejatinya mengajarkan Al-qur’an adalah tanggung jawab setiap muslim. Terima saja seberapa pun di kasih. Kalau tidak dikasih pun jangan ditagih. Cukuplah Allah sebaik-baik pemberi balasan. Yakinlah, orang tua yang pandai menghargai ilmu akan memberikan tarif yang pantas kok untuk guru mengaji anaknya. Apalagi jika beliau sadar bahwa ilmu Al-qur’an itu dibawa mati, maka ia akan memberi bayaran yang sesuai kok. Memang sih yang sadar itu hanya segelintir. Banyak para orang tua yang lebih rela membayar les English and Math anaknya berjuta-juta ketimbang membayar guru ngaji meski hanya sekedar 50 ribu saja. Tapi ya biarkan saja. Tetaplah mengajarkan Alqur’an dengan baik dan benar meski pun dengan dan atau tanpa gaji.
8. Pasang target jumlah anak didik persemester atau pertahun. Tak perlu menerima anak didik banyak-banyak jika tak terajar dengan baik. Yang ada hanya menambah ribut dan mengurangi keefektifan belajar anak-anak yang lain. Cukup mengajar dengan kapasitas yang kita mampu saja. Ingatkan mekanisme penerimaan siswa tallaqi Syeikh Utsman dalam novel Ayat-Ayat Cinta? Itu inspiratif sekali lho.
9. Ikhlas dan bersabarlah. Banyak anak banyak macamnya. Maka mengajarlah dengan hati yang tulus. Insya Allah, Allah akan memberi balasan terbaik.
Demikian tips yang bisa saya bagi. Sungguh sharing tips ini bukanlah bermaksud menggurui. Hanya ingin berbagi agar kita melangkah maju bersama. Jika ada ilmu lain dari pembaca, saya dengan hati yang berbinar siap menyerapnya.
Oh ya, tips ini memang dikhususkan bagi para guru mengaji baik di TPQ, di mesjid-mesjid atau pun yang buka pengajian di rumah. Tapi dalam konteks luas, tips ini juga berlaku untuk semua pihak, terlebih para orang tua. Kata Nabi madrasah pertama dan utama itu ibu alias orang tua kan ya? Maka saya berharap tulisan ini memberi manfaat bagi semua muslim dengan segala profesi